Selasa, November 18, 2008

Kampanye “No-Go-Tell” Selamatkan Anak-Anak Cacat


Dari dua milyar jumlah anak di dunia terdapat lebih dari seratus juta anak menderita cacat fisik dan mental. Angka yang terbilang cukup besar ini telah berhasil mencuri perhatian dunia disaat program A World Fit for Children tengah marak dikampanyekan. Ketergantungan anak cacat kepada sesuatu sebagai penopang hidup membuat mereka sangat rentan dengan segala tindak penganiayaan dan pelecehan. Betapa tidak, jika anak yang normal saja tidak luput dari cengkraman penganiayaan dan pelecehan, apalagi bagi anak dengan segala keterbatasan fisik dan mental. Seratus dari seribu anak cacat telah dicuri haknya akan kasih sayang dan perhatian. Tidak berhenti sampai disitu saja, peperangan dan kekerasan politik turut mengancam kehidupan mereka bahkan menambah catatan jumlah anak-anak cacat di dunia.

Pada dasarnya cukup sulit untuk mempercayai bahwa anak cacat sangat rentan terhadap penganiayaan dan pelecahan. Hal ini jugalah yang menyebabkan keluarga dan orang-orang terdekat kurang mempersiapkan kondisi fisik, mental dan intelektualnya. Padahal dengan arus informasi yang melimpah dan ditunjang oleh aksesnya yang mudah seharusnya telah membantu keluarga dalam meng-update segala informasi yang dibutuhkan untuk merawat dan melindungi anak cacat. Setelah dianalisa ternyata informasi saja tidak cukup membekali keluarga dalam menunjang perkembangan sekaligus menjamin keamanan bagi anak-anak dari penganiayaan dan pelecehan. Sederhananya, dibutuhkan suatu bentuk konkrit seperti “latihan” bila suatu hari nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan tersebut. Inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya sebuah program dengan konsep sederhana, mudah, dan aplikatif yang dikenal dengan “No-Go-Tell”. Berani untuk katakan tidak, segera cari pertolongan dan ceritakan yang telah terjadi.

Oleh konsep “No-Go-Tell”, seorang anak dengan keterbatasan fisik dan mental diajarkan untuk berani mengatakan “Tidak!” terhadap segala bentuk penganiayaan dan pelecehan. Kemudian anak juga diajarkan untuk segera mencari pertolongan dari orang terdekat yang dapat dipercaya untuk melindunginya. Setelah itu, anak diajarkan juga untuk berani menceritakan segala hal yang terjadi pada dirinya hingga berujung pada tindak penganiayaan dan pelecehan. Konsep ini membutuhkan kerjasama yang kuat dari semua pihak yang bersentuhan secara langsung dengan anak tersebut. Artinya kesuksesan program ini sangat bergantung pada kesungguhan dan kepedulian segala pihak yang terlibat di dalamnya, seperti: orang tua, sekolah, lingkungan rumah, dan lain-lain.

“No-Go-Tell” mengajarkan kepada setiap orang tua bahwa anak cacat juga beresiko terhadap segala bentuk penganiayaan dan pelecehan seperti anak-anak lainnya. Setiap orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan menyampaikan berbagai informasi-informasi dan mengingatkan untuk senantiasa waspada terhadap segala tindak penganiayaan dan pelecehan. Menjalin komunikasi dua arah dan tetap menjaga keterbukaan diantara keduanya menjadi kunci utama dalam hal ini walaupun dengan segala keterbatasan fisik dan mental yang dimiliki oleh anak.

Ada 2 (dua) kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh anak-anak cacat dalam penerapan konsep ini, yaitu: keterampilan berkomunikasi dan keahlian membela diri. Keterampilan berkomunikasi penting sebagai “pintu gerbang” segala informasi baik yang sifatnya input maupun output. Mengasah keterampilan berkomunikasi anak cacat sangat bergantung kepada jenis kecacatan yang dimiliki. Untuk hal tersebut, kini banyak solusi yang dimiliki sehingga tidak lagi menjadi kendala yang berarti.

Komunikasi yang baik juga menunjang bagi pencapaian kemampuan dasar yang kedua, yakni keahlian membela diri. Dalam konsep “No-Go-Tell”, berani mengatakan “Tidak!” merupakan suatu bentuk pembelaan diri yang paling sederhana. Membela diri tidak harus berorientasi pada kekuatan fisik (otot). Apalagi dalam hal ini, anak cacat memiliki berbagai keterbatasan baik fisik maupun mental. Membela diri yang dimaksudkan dalam hal ini lebih kepada bagaimana anak-anak cacat dengan segala keterbatasannya dapat melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya. Dalam hal ini termasuk inisiatif untuk mencari pertolongan kepada orang-orang terdekat yang dipercayainya.

Polemik penganiayaan dan pelecahan pada anak cacat sepatutnya tidak luput dari perhatian dan pengawasan orang tua. Dalam hal ini, orang tua adalah komponen keluarga yang bersentuhan secara langsung dengan dinamika kehidupan anaknya. Orang tua juga seharusnya bertanggung jawab penuh terhadap keamanan anak dalam aktivitasnya sehari-hari. Segala kemungkinan tindak kejahatan dapat terjadi dimanapun dan kapanpun. Dalam banyak kasus yang terjadi, anak cacat tidak dapat mencegah dan menolak segala bentuk penganiayaan dan pelecehan sehingga peran serta orang tua amatlah sangat penting.

Mulai saat ini bukalah mata seluas-luasnya. Perangilah segala bentuk kekerasan pada anak, khususnya anak cacat. Pupuklah semangat untuk melindungi dan mengayomi anak-anak. Mereka adalah makhluk kecil yang dititipkan oleh Sang Pencipta sebagai embun yang akan menyegarkan dunia. Mulailah dari hal-hal yang sederhana. Dengungkanlah semangat kampanye “No-Go-Tell” diatas dunia. Hal tersebut bukan hanya kewajiban orang seorang tetapi merupakan kewajiban siapun yang menginginkan dunia tetap indah hingga akhir hari nanti.

Terlahir ke dunia adalah sebuah “pilihan’ bukan “ketentuan”. Di dalamnya terkandung janji bahwa dunia akan menyambut kehadiran siapapun dengan senyum kebahagiaan. Inilah yang dikatakan “pilihan” yang tepat. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan cinta, kasih sayang, kebahagiaan dan rasa aman. Penuhilah janji yang telah dititahkan di pundak kita semua. Wujudkanlah miniatur firdaus yang nyata bagi anak-anak. Yakinkanlah bahwa dunia memang layak untuk mereka. Semangat yang ditunjukkan dunia melalui World Summit for Children delapan belas tahun yang lalu telah berhasil melahirkan sebuah cita-cita mulia, A World Fit for Children. Dunia memang layak untuk anak-anak dan berikanlah masa depan yang cerah bagi seluruh anak-anak di dunia.


(Ditulis oleh Desby Juananda, Mahasiswa Semester VII Fakultas Kedokteran USU)


Minggu, November 02, 2008

Semuanya akan baik-baik saja...


Kadang kita sering dibuat takut oleh pikiran kita sendiri. Ada hal-hal yang kadang sulit kita jelaskan keberadaanya, tapi sangat mengganggu ketenangan hati kita. Apalagi manusia yang hatinya bagaikan "bunga karang", borpori banyak dan siap dengan jutaan cerita-cerita yang kadang-kadang tidak penting untuk difikirkan. Katanya hati kita seperti itu sengaja diciptakan karena kita sudah diimbangi oleh otak sehat yang berfungsi sebagai filternya. Namun, bagaimana bila ternyata otak pun kini sudah tidak bisa lagi diajak kompromi oleh hati? Semua hal tanpa adanya filter yang kuat, bocor dan mau tidak mau terfikirkan.
Inilah yang disebut stress. Manusia kadang sulit mendefenisikan stress. Tapi setiap orang pernah memasuki fase ini. Kebocoran filter "otak" akibat satu dan lain hal, sehingga hati sebagai "pabrik" perasaan meluap dan hasilnya adalah stress. Bila hal ini tidak bisa kita bendung, manusia akan jatuh fase apatis. Tidak lagi peduli dengan lingkungannya, karena hati sudah meluap dan resisten untuk kembali diisi. Kalau manusia mau sedikit berfikir jernih dengan hati yang juga sehat, untuk apalah kita mempersulit diri dengan hal-hal yang terkadang belum prioritas untuk kita fikirkan. Jangan biarkan hati kita seperti "bunga karang" yang menyerap apapun berita yang kadang tidak begitu penting untuk difikirkan oleh hati. Ikhlas dalam hidup adalah kunci dari penyakit yang satu ini bila kita mengalaminya. Belajar untuk tulus juga harus kita latih. Yakinlah. tidak ada yang berubah selain diri kita sendiri.

Jumat, Oktober 31, 2008

Pertanyaan tersulit.....


Perubahan adalah Hukum dari Alam. Semua mengalami perubahan. Perubahan adalah satu-satunya yang Permanen Kita harus mematuhi HUKUM PERUBAHAN yang hebat ini. Ini merupakan Hukum Alam yang paling Kuat!

Selasa, Oktober 21, 2008

Hukum Sebuah Hubungan-"Cinta VS Pasrah"

Dua hari yang lalu. ada seorang sahabat mengirimkan sebuah sms yang kurang lebih isinya begini: ".....By! Memang susuh rasanya bila punya banyak sahabat, banyak yang harus dijaga hati dan perasaannya, sabar aja dulu, sebentar lagi juga akan kembali seperti semula ". SMS ini mengajak aku untuk berfikir lagi, mengapa dalam setiap hubungan selalu ada kemungkinan untuk tidak harmonis hanya gara-gara menjaga perasaan dan hati.....ternyata jawabanya telah aku temui!!!

Ini memang pelajaran besar buat kita semua bagaimana menyikapi sebuah masalah yang terjadi dalam setiap hubungan. Salah satu aspek penting dalam kehidupan kita adalah hubungan kita dengan orang lain. Walaupun hal ini membawa kebahagiaan dalam kehidupan, namun mereka sama-sama merupakan penyebab potensial dari KESENGSARAAN kita. Seringkali, kita dikagetkan oleh orang-orang yang pernah atau suatu waktu dekat sekali dengan kita.Bila hal ini terjadi, kita menjamu banyak pikiran negatif dan kenikmatan hidup dalam jumlah yang banyak menjadi hilang.Kita mulai menyalahkan orang lain dan cenderung menjadi pesimistis.Kepercayaan kita kepada orang lain mengalami kemunduran dan kita juga menjadi tidak yakin pada diri kita sendiri. Ini semua karena kita tidak tahu HUKUM dalam sebuah hubungan, Dengan pengamatan yang hati-hati, tidak sulit untuk mengerti bahwa ketidakharmonisan dlam suatu hubungan terjadi hanya bila kita mengharapkan sesuatu dari orang lain.Selama perhatian kita tertuju hanya pada TUGAS kita dan tidak mengharapkan sesuatu dari orang lain, akan berkurang kemungkinan terjadinya ketidakharmonisan. Fakta berikutnya adalah, harus tidak ada rasa kepemilikian dalam setiap hubungan.Kita semua ingin selalu bebas. Saat seseorang menuntut atau mengharapkan semacam tanggapan tertentu, hal ini cenderung mengganggu kebebasan kita. Padahal kemurnian manusia menyatakan kita adalah makhluk yang seharusnya bebas. Bila harapan itu melampaui batas yang masuk akal, hasil satu-satunya adalah ketidakharmonisan.
Dengan kata lain, tali-tali hubungan kita harus LONGGAR, dari pada KETAT. Kelonggaran ini akan menolong kita dari orang-orang yang brengsek, yang sering kita temui saat berhubungan erat, baik secara alami maupun sebaliknya.
Jadi, CINTA dan KEPASRAHAN adalah dua rahasia dari sebuah hubungan yang langgeng dan membahagiakan.

Perlu Banyak "Berterima kasih" !


Tadi malam tiba-tiba datang serangan insomnia yang buat aku nggak bisa tidur. Rasanya menyiksa banget, padahal esoknya akan ada "hari berat" sebagai konsekuensi "senang-senang" belakangan ini. Dan itu perlu "super energi" buat ngehadapinnya. Sumpah, kalo bisa besok nggak usah ada, artinya langsung aja lusa dan seterusnya, Tapi malam ini, aku dapat pelajaran besar dari sebuah buku. Hal 163-nya menampilkan sebuah kutipan bagus banget, tentang "Berterima kasih". Begini katanya:

Berterimakasihlah, bahwa Anda tidak memiliki segala yang Anda inginkan, karena bila Anda sudah memilikinya, apa lagi yang akan Anda inginkan?

Berterimakasihlah, bila Anda tidak tahu sesuatu, karena itu memberi Anda kesempatan untuk belajar!
Berterimaksihlah, atas SAAT-SAAT YANG SULIT, karena pada saat-saat itu Anda TUMBUH!
Berterimaksihlah, atas keterbatasan Anda, karena mereka memberi Anda kesempatan untuk memperbaiki.
Berterimaksihlah, atas setiap tantangan baru, karena itu akan membangun kekuatan dan karakter Anda.
Berterimaksihlah, atas kesalahan-kesalahan Anda, mereka akan mengajai Anda pelajaran yang berharga.
Berterimaksihlah, saat Anda lelah dan letih, karena itu berarti Anda telah berbuat sesuatu.

Sangatlah mudah untuk berteri kasih atas hal-hal indah dalam hidup.
Tetapi kehidupan yang luar biasa dtang kepada mereka, yang juga berterima kasih atas HAL-HAL KURANG INDAH dalam hidup mereka.
(Anonim)

Sumpah, abis baca artikel ini, banyak banget yang buat kita merasa menjadi orang paling bodoh yang mungkin nggak pernah ngucapin Terimakasih pada kehidupan kita. Kadang-kadang tanpa kita sadari, hidup itu adalah guru yang selalu bersembunyi di balik bayangan kita. Dia ada selalu mengikuti kita, walaupun kita tidak menyadarinya.
Sepertinya, aku siap mengahadapi ESOK.....
Medan, 21 Oktober 2008

Rabu, September 17, 2008

Lending in Someone Ears



"Landing in Someone Ears" alias curhat, kedengaranya mudah tetapi sesungguhnya tidak. Pekerjaan yang satu ini sering datangnya tiba-tiba. Bisa ketika kita lagi senang dan suasana hati kita mendukung. Bisa juga ketika Mr. mood lagi buruk, dan semua yang kita dengar cuma singgah di daun telinga trus meluncur lagi dengan kencang (hehehehe......). Kadang-kadang kita harus alert dengan yang namanya Curhat, kalo nggak bisa-bisa jadi boomerang bagi diri kita sendiri. Karena nggak semua orang memiliki kemampuan menjadi pendengar yang baik.Intinya, Curhat VS Pendengar yang baik.
Semua orang tau, 'mendengar' kalo dilakukan dengan baik, itu adalah hal yang tidak mudah. Perlu kesabaran dan kelapangan hati untuk siap mendengarkan segala hal. Bisa kadang-kadang hal itu tidak sesuai dengan hati nurani kita sendiri. Tapi sebagai pendengar yang baik yah kita harus punya 'filter' yang sehat. Bagaimanapun juga kita harus menghargai kepercayaan teman/sahabat yang sudah mau "lending" di telinga kita.
Pertama, yang harus kita lakukan adalah siap menjadi tumpahan segala unek-uneknya. Kedua, beri saran sebaik mungkin dengan cara yang baik juga. Liat sikon dan suasana hati yang tepat saat menyampaikannya. Ketiga, saran yang disampaikan harus benar-benar dapat kita pertanggung jawabkan, jangan sampai jadi boomerang bagi kita sendiri. Terakhir, tetap belajar terus jadi pendegar yang baik.

"Bubar" -an lah.....






Seru-seruan di Ramadhan Fair setelah capek belajar PD thorax di RSTD. Awalnya tanpa rencana apa-apa, kebetulan si Tommy kan baru aja ultah ke-20. Jadi ceritanya pingin bagi-bagi "rezeki". Rencananya hampi batal gara-gara dompet si Tommy hilang. Taunya cuma ketinggalan di kos-an. Setelah dijemput, akhirnya rencana itu berhasil. Makan-makan sepuasnya......
Thanks ya Tom....
Thanks juga kawan-kawan yang kompak!!!